google.com, pub-9423028248321745, DIRECT, f08c47fec0942fa0
google.com, pub-9423028248321745, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Pesona Batu Akik dari 'Death Island' Nusakambangan


Pulau yang dimiliki Kementerian Hukum dan HAM ini rupanya menyimpan berkah bagi sejumlah warga di seberang pulau, terutama warga Desa Wijaya Pura. Karena, tak sedikit warga yang menjadi penambang batu akik di 'tanah kematian' tersebut.

Apalagi, belakangan batu akik tengah 'booming' di Indonesia, maka tak jarang warga setempat nekat menerabas hutan belantara Nusakambangan dan menggali tanahnya demi menemukan batu-batu akik untuk kemudian dijual.

Salah satu penjual batu akik di Dermaga Wijaya Pura adalah Padar Parjo (40). Ia menjual sejumlah batu akik khas Nusakambangan. Di antaranya Batu Tumpang atau dikenal juga dengan nama Thompson Night, Black Opal, Lavender, Bako-bako.

Batu-batu itu dikatakan Parjo memiliki kekhasan masing-masing dan yang paling terkenal adalah Batu Tumpang (Thompson Night). Tumpang misalnya, lanjut Parjo, jika diusap dengan ibu jari maka akan terlihat bergerak mengikuti arah usapan.

"Tumpang itu kalau diusap bisa gerak dan bisa nyala ketika malam hari," ujar pria yang sudah setahun terakhir menjadi penjual batu akik.

Soal harga jual, kata Parjo, bervariasi. Tergantung jenis batu dan satuan atau kiloan. Sebab, banyak pembeli yang sengaja membeli kiloan ketimbang satuan kecil. Karena, dengan membeli kiloan dia bisa mencampur dari berbagai jenis batu.

Namun dari segi jenis, Batu Tumpang (Thompson Night) punya harga paling tinggi ketimbang jenis batu lainnya. "Kita juga jual kiloan sama satuan kecil-kecil. Satuan kecil-kecil dijual dengan harga Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu. Tapi kiloan Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu per kilogram. Kemarin 50 kilogram saya jual Rp 50 juta, batunya dicampur dari berbagai jenis," kata Parjo.

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "Pesona Batu Akik dari 'Death Island' Nusakambangan"

Post a Comment