Raden Adjeng Kartini atau Raden Ayu Kartini merupakan sosok wanita yang sangat antusias dengan pendidikan dan ilmu pengetahuan. Kartini sangat suka membaca dan menulis
Raden Ajeng Kartini sendiri adalah pahlawan yang mengambil tempat tersendiri di hati kita dengan segala cita-cita, tekad, dan perbuatannya. Ide-ide besarnya telah mampu menggerakkan dan mengilhami perjuangan kaumnya dari kebodohan yang tidak disadari pada masa lalu. Dengan keberanian dan pengorbanan yang tulus, dia mampu menggugah kaumnya dari belenggu diskriminasi.
Dalam buku-buku sejarah, Kartini diceritakan hanya sebagai tokoh pejuang emansipasi perempuan di indonesia. Ternyata di balik kegigihannya memperjuangkan hak wanita, Kartini memiliki ketertarikan terhadap hal lain. Inilah beberapa hal lain yang digeluti oleh Kartini semasa hidupnya.
1. Pelopor Pendidikan untuk Pribumi
Kartini merupakan salah satu perempuan pencetus sekolah pertama untuk pribumi Indonesia. Dia ingin mengubah wajah pribumi yang terbelakang menjadi maju melalui pengetahuan. Dia sadar betul, bahwa pendidikan adalah alat yang tepat untuk mencerdaskan rakyatnya, mengeluarkannya dari kebodohan, sebagai senjata melawan ketertindasan.
Ide yang di cetuskan Kartini Tidak hanya sebatas gagasan. Bersama adiknya, Roekmini, ia mendirikan sekolah wanita pada tahun 1903. Yang menarik, sekolah tersebut terbuka kepada siapapun, tanpa memandang status sosial dan kekayaan. Sekolah tersebut mengajari membaca, memasak, memelihara kebersihan, dan kerajinan tangan.
2. Pengarang yang suka menggunakan nama samaran
Dalam masa kehidupannya, Kartini dikenal sebagai seorang pengarang. Bagi Kartini, menjadi pengarang adalah tugas sosial. Dalam hal ini, mengarang adalah manifestasi dari kesadaran akan kewajiban-kewajibannya bagi rakyatnya.
Karangan-karangan Kartini banyak ditumpahkan melalui catatan harian, puisi, dan prosa. Prosanya, antara lain, berkisah tentang tanah kelahirannya, Jepara, yang berjudul Van Een Vergeten Uithoekje atau Pojok yang Dilupakan.
Yang perlu diketahui, setiap menulis karangannya Kartini menggunakan nama samaran. Dia tidak suka pujian. Ia akan segera marah jika nama samarannya terbongkar. “Benar-benar aku sebal, karena aku ingin tiada orang tahu kalau aku memainkan pena,” katanya.
3. Seorang pelukis
Sangat jarang yang tahu, bahwa Kartini adalah seorang pelukis. Lukisannya antara lain sebuah lukisan kecil bergambar empat ekor angsa sedang berenang-renang damai di sebuah kolam.
Rupanya, bakat melukis Kartini diwariskan dari leluhurnya: orang-orang Jepara. Sayang, dalam berbagai surat dan artikelnya, Kartini jarang menulis pendapatnya soal seni lukis.
4. Pencinta fotografi
Dalam Engineers of Happy Land (2002), Rudolf Mrázek menceritakan kecintaan Kartini pada dunia fotografi. Ketika mengunjungi desa-desa bersama ayahnya, Ia akan senang jika ayahnya atau salah satu tukangnya mengambil foto.
Kartini sangat ingin punya kamera sendiri. Dengan begitu, ia bisa bebas mengambil foto rakyatnya sendiri. Dengan foto-foto itu, berikut keterangannya, di mata Kartini, akan membuka mata orang Eropa untuk melihat rakyat pribumi.
5. Ahli batik
Tak disangka, Kartini yang keturunan ningrat itu menyukai pekerjaan tangan, yaitu membatik. Kartini mulai membatik di usia 12 tahun. Dia belajar pada seorang pekerja tetap di kadipaten. Namanya Mbok Dullah.
Diceritakan, Kartini suka mengenakan sarung batik buatan sendiri. Tidak hanya itu, Kartini juga banyak melakukan riset dan menulis catatan mengenai seni batik itu sendiri. Hingga, sebuah karya tulisnya yang berjudul Handchrift Jepara memikat ibu suri kerajaan Belanda.
6, Pencinta musik
Kartini juga peminat musik. Terutama sekali musik tradisional dari bangsanya: gamelan. Gamelan yang disukainya adalah Ginonjing. “Musik sangat berpengaruh di atas kami,” katanya. Melalui musik gamelan, Kartini seperti berayun ke masa lalu bangsanya. Ke masa kegemilangan rakyat dan bangsanya.
Selain menyukai gamelan, Kartini juga menyukai musik barat. Ia mengaku jatuh cinta pada piano. Ia kerap mencuri waktu untuk menyaksikan konser musik kala itu. “Aku terkenang pada suatu malam belum lama berselang. Seorang kenalan membawa kami berdua mengunjungi sebuah konserta di sebuah gedung kesenian di Semarang,” tulisnya.
7. Pencinta jurnalisme progressif
Siapa sangka, di masa hidupnya yang singkat itu, Kartini pernah mencurahkan pikirannya tentang jurnalisme yang semestinya, yaitu jurnalisme yang memperluas pengetahuan dan kecerdasan rakyat.
Kartini tidak menyukai jurnalisme mainstream pada saat itu, yang hanya menyajikan berita-berita tentang kebakaran, pencurian, dan pembunuhan, ataupun penghinaan serta pemfitnahan yang tak jelas asalnya.
8. Menyukai Kereta Api
Kartini sangat menyukai kereta api. Namun selama hidupnya , Kartini hanya sekali naik kereta api. Itupun sudah membuat Kartini sangat bergembira luar biasa.
Kartini menyukai kereta karena pada saa menaiki angkutan masal itu ia berjumpa dengan banyak orang, bersentuhan dengan mereka, dan mendengarkan banyak cerita dan desas-desus dari mereka.
9. Kartini seorang Vegetarian
Siapa sangka, Kartini juga seorang vegetarian yang konsekuen. Diceritakan, Kartini mulai menjadi vegetarian setelah sembuh dari sakit keras. Bagi Kartini, vegetarian adalah doa tanpa kata kepada Yang Maha Tinggi.
10. Menentang Feodalisme dan Kolonialisme
Kartini memang lahir dari keluarga ningrat. Namun, sepanjang hidupnya ia menentang struktur masyarakat feodal yang mengekang rakyatnya. Sampai-sampai Kartini enggan disebut gelar kebangsawanannya. Selain itu kartini merasa sangat bahagia ketika diposisikan sebarisan dengan rakyat.
Kartini menyebut feodalisme sebagai penyakit yang menyebabkan hilangnya kesetia-kawanan, merendahkan martabat manusia, dan menghalangi kemajuan masyarakat. Kartini juga seorang anti-kolonialis. Ia sadar, kolonialisme adalah penyakit yang menguras kekayaan negerinya dan memiskinkan rakyatnya.
0 Response to "10 Hal Tentang Kartini Yang Jarang Diketahui "
Post a Comment