Meski demokrasi telah bergaung, tak serta merta keran kebebasan mengalir tanpa batas di Indonesia. Masih ada lembaga yang bertugas menyensor informasi demi menjaga stabilitas negara.
Salah satunya, Lembaga Sensor Film (LSF) yang mengemban amanah menyensor masuknya ekspresi seni visual ke Indonesia. LSF berhak menyatakan film luar maupun dalam negeri boleh tayang atau tidak.
Belakangan, kiprah LSF kembali mencuat lantaran baru saja melarang film garapan sutradara Darren Aronofsky, Noahuntuk tayang di Indonesia. Alasannya, menyangkut soal SARA. Tak hanya Noah, berikut beberapa film yang juga pernah dilarang edar di Indonesia.
Salah satunya, Lembaga Sensor Film (LSF) yang mengemban amanah menyensor masuknya ekspresi seni visual ke Indonesia. LSF berhak menyatakan film luar maupun dalam negeri boleh tayang atau tidak.
Belakangan, kiprah LSF kembali mencuat lantaran baru saja melarang film garapan sutradara Darren Aronofsky, Noahuntuk tayang di Indonesia. Alasannya, menyangkut soal SARA. Tak hanya Noah, berikut beberapa film yang juga pernah dilarang edar di Indonesia.
Noah (2014)
Baru-baru ini, film Noah tidak mendapat lampu hijau dari LSF untuk masuk ke Indonesia. LSF khawatir, film ini menimbulkan kontroversi karena kental akan unsur SARA.
Film ini sejatinya mengisahkan perjalanan Nabi Nuh yang harus membuat bahtera atas perintah Tuhan. Ceritanya diadaptasi dari Kitab Injil. Dikhawatirkan, itu akan menimbulkan penolakan di kalangan masyarakat yang mayoritas beragama Islam.
Noah dibintangi Russell Crowe, dan Jennifer Connelly memerankan Nameeh, istri Nuh. Bintang Harry Potter, Emma Watson, juga berperan sebagai anak Nuh.
Rencananya, film ini akan tayang serentak pada 28 Maret 2014 mendatang. Namun, masyarakat Indonesia takkan bisa menikmatinya.
Tak hanya di Indonesia, Noah juga dilarang tayang di tiga negara Arab: Qatar, Bahrain, dan Uni Emirat Arab. Sebabnya, Noah dianggap menyalahi ajaran agama karena menggambarkan sosok nabi dalam konteks seni.
Film ini sejatinya mengisahkan perjalanan Nabi Nuh yang harus membuat bahtera atas perintah Tuhan. Ceritanya diadaptasi dari Kitab Injil. Dikhawatirkan, itu akan menimbulkan penolakan di kalangan masyarakat yang mayoritas beragama Islam.
Noah dibintangi Russell Crowe, dan Jennifer Connelly memerankan Nameeh, istri Nuh. Bintang Harry Potter, Emma Watson, juga berperan sebagai anak Nuh.
Rencananya, film ini akan tayang serentak pada 28 Maret 2014 mendatang. Namun, masyarakat Indonesia takkan bisa menikmatinya.
Tak hanya di Indonesia, Noah juga dilarang tayang di tiga negara Arab: Qatar, Bahrain, dan Uni Emirat Arab. Sebabnya, Noah dianggap menyalahi ajaran agama karena menggambarkan sosok nabi dalam konteks seni.
Balibo (2009)
Film ini dibuat berdasar fakta “Balibo Five”, tragedi terbunuhnya lima wartawan yang meliput invasi Indonesia ke Timor Timur tahun 1975. Kisah itu sendiri terekam dalam buku Cover-Up tulisan Jill Jolliffe.
Balibo merekam jelas konflik yang terjadi di Timor Timur kala itu. Tokoh Ramos Horta pun diperankan dengan baik oleh Oscar Isaac. Disutradarai Robert Connolly, film diproduksi sejak 31 Juli 2008 di Dili.
Usai diproduksi, film buatan Australia ini justru dilarang edar di Bumi Pertiwi. LSF menyatakannya tak lulus sensor. Padahal, akhir tahun 2009 film itu sudah nyaris diputar di Blitz Megaplex Grand Indonesia.
Namun jelang pukul tujuh malam, ultimatum larangan diumumkan. Alasannya tidak jelas. Kemungkinan besar, untuk menutupi fakta kekejaman tentara Indonesia di Timor Timor pada masa itu.
Meski begitu, Balibo telah beredar sebagai DVD bajakan. Di beberapa negara, film itu juga sudah diputar. Bahkan saat pemutaran perdana di Melbourne International Film Festival, 24 Juli 2009, Ramos Horta dan keluarga jurnalis yang terbunuh tahun 1975 dihadirkan.
Balibo merekam jelas konflik yang terjadi di Timor Timur kala itu. Tokoh Ramos Horta pun diperankan dengan baik oleh Oscar Isaac. Disutradarai Robert Connolly, film diproduksi sejak 31 Juli 2008 di Dili.
Usai diproduksi, film buatan Australia ini justru dilarang edar di Bumi Pertiwi. LSF menyatakannya tak lulus sensor. Padahal, akhir tahun 2009 film itu sudah nyaris diputar di Blitz Megaplex Grand Indonesia.
Namun jelang pukul tujuh malam, ultimatum larangan diumumkan. Alasannya tidak jelas. Kemungkinan besar, untuk menutupi fakta kekejaman tentara Indonesia di Timor Timor pada masa itu.
Meski begitu, Balibo telah beredar sebagai DVD bajakan. Di beberapa negara, film itu juga sudah diputar. Bahkan saat pemutaran perdana di Melbourne International Film Festival, 24 Juli 2009, Ramos Horta dan keluarga jurnalis yang terbunuh tahun 1975 dihadirkan.
Long Road to Heaven (2007)
Betapa “panas” Bali saat bom meledak pada 12 Oktober 2002, direkonstruksikan kembali lewat film ini. Film ini mempertemukan tiga plot dengan tokoh-tokoh yang berbeda.
Pertama, sekelompok teroris yang merencanakan pengeboman. Dari target awal Singapura, Mukhlas menyarankan Hambali agar mengubahnya jadi daerah yang lebih realistis: Bali.
Pilihan disetujui. Lantas Imam Samudra, Amrozi, dan Ali Imron mempersiapkan teknis pengeboman di Pulau Dewata. Mereka memilih Paddy Club dan Sari Club sebagai sasaran.
Di sisi lain, seorang turis terbangun saat bom mengguncang malam. Ia pun ikut membantu para korban di tengah hiruk-pikuk Bali yang membara. Ia bahu-membahu dengan seorang haji yang merasa terluka karena generalisasi stereotip teroris kepada seluruh umat muslim.
Meski peristiwa itu sudah bertahun-tahun lewat saat film muncul, masyarakat Bali tetap dilarang menontonnya. Dikhawatirkan, film ini membuka luka lama masyarakat.
“Kami takut orang-orang yang tidak mengerti akan memicu konflik dan kebencian pada kelompok tertentu,” kata I Gusti Ngurah Gde, kepala lembaga perfilman di Bali kala itu.
Sumber
Pertama, sekelompok teroris yang merencanakan pengeboman. Dari target awal Singapura, Mukhlas menyarankan Hambali agar mengubahnya jadi daerah yang lebih realistis: Bali.
Pilihan disetujui. Lantas Imam Samudra, Amrozi, dan Ali Imron mempersiapkan teknis pengeboman di Pulau Dewata. Mereka memilih Paddy Club dan Sari Club sebagai sasaran.
Di sisi lain, seorang turis terbangun saat bom mengguncang malam. Ia pun ikut membantu para korban di tengah hiruk-pikuk Bali yang membara. Ia bahu-membahu dengan seorang haji yang merasa terluka karena generalisasi stereotip teroris kepada seluruh umat muslim.
Meski peristiwa itu sudah bertahun-tahun lewat saat film muncul, masyarakat Bali tetap dilarang menontonnya. Dikhawatirkan, film ini membuka luka lama masyarakat.
“Kami takut orang-orang yang tidak mengerti akan memicu konflik dan kebencian pada kelompok tertentu,” kata I Gusti Ngurah Gde, kepala lembaga perfilman di Bali kala itu.
Sumber
0 Response to "Deret Film Terlarang bagi Masyarakat Indonesia"
Post a Comment